Indonesia Teken FTA dengan Uni Eurasia, Dorong Ekspor Sawit, Tekstil, dan Karet

Senin, 22 Desember 2025 | 14:59:54 WIB
Indonesia Teken FTA dengan Uni Eurasia, Dorong Ekspor Sawit, Tekstil, dan Karet

JAKARTA - Indonesia menandai babak baru dalam diplomasi perdagangan internasional dengan meneken Persetujuan Perdagangan Bebas (FTA) bersama Uni Ekonomi Eurasia (EAEU) pada Minggu, 21 Desember 2025, di St. Petersburg, Rusia.

Penandatanganan ini dilakukan oleh Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso di sela Konferensi Tingkat Tinggi Uni Ekonomi Eurasia, disaksikan langsung oleh kepala pemerintahan dari masing-masing negara anggota, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin.

Persetujuan dagang ini diharapkan menjadi momentum penting untuk mendorong ekspor produk unggulan Indonesia, mulai dari sawit dan turunannya, alas kaki, tekstil, karet, hingga produk perikanan dan manufaktur. 

Bagi Indonesia, FTA ini membuka peluang untuk memperluas pasar nontradisional di kawasan Eurasia yang memiliki populasi 180 juta penduduk dengan Produk Domestik Bruto (PDB) US$2,56 triliun. Sementara bagi negara-negara anggota EAEU, Indonesia dengan 281,6 juta penduduk dan kelas menengah yang berkembang pesat menawarkan peluang investasi dan perdagangan yang signifikan.

“Indonesia-EAEU FTA bukan sekadar gestur politik atau ekonomi. Ini menandai babak baru kemitraan strategis antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia,” ujar Budi Santoso. Ia menekankan bahwa FTA ini bukan hanya tentang penurunan tarif, tetapi tentang membangun jembatan ekonomi yang saling menguntungkan dan berkelanjutan. Selain itu, perjanjian ini juga menjadi upaya diversifikasi pasar ekspor Indonesia dan membuka potensi investasi baru, khususnya di sektor manufaktur dan pertanian.

Babak Baru Perdagangan dan Diversifikasi Pasar

Perundingan Indonesia–EAEU FTA dimulai pada 2023 dan rampung dalam waktu dua tahun, mencerminkan kerja keras, rasa saling percaya, serta komitmen kuat seluruh pemangku kepentingan. FTA ini terdiri atas 15 bab yang mencakup pembukaan akses pasar barang, fasilitasi perdagangan, dan kerja sama ekonomi. Uni Ekonomi Eurasia memberikan preferensi tarif sebesar 90,5% dari total pos tarif, atau mencakup 95,1% dari total nilai impor kawasan tersebut dari Indonesia.

Budi menjelaskan, dengan preferensi tarif tersebut, produk unggulan Indonesia dapat memperoleh akses pasar yang lebih luas dan kompetitif. “Hal ini mendorong peningkatan ekspor sawit dan turunannya, alas kaki, tekstil, produk perikanan, karet alam, furnitur, serta produk manufaktur seperti elektronik. Preferensi dan kemudahan ini membuka peluang besar untuk merebut pangsa pasar dari negara pesaing,” ujar Mendag.

Dia juga mendorong eksportir Indonesia untuk segera memanfaatkan fasilitas dalam perjanjian ini. Persetujuan FTA memberikan kepastian kerangka hukum dan transparansi bagi dunia usaha, sehingga iklim perdagangan menjadi lebih dapat diprediksi dan kondusif. Pemerintah memastikan implementasi FTA ini berjalan efektif, transparan, dan berpihak pada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Kerja Sama Ekonomi dan Potensi Investasi

Indonesia dan EAEU sepakat memandang kerja sama ekonomi sebagai pilar strategis. Bidang yang menjadi fokus antara lain pertanian, industri, energi, transportasi, logistik, ekonomi digital, serta pengembangan rantai nilai berkelanjutan. Kepala Komisi Uni Ekonomi Eurasia Bakytzhan Sagintayev menyampaikan bahwa pertemuan ini membahas isu strategis di sektor perdagangan, logistik, dan berbagai bidang yang mendukung penguatan kerja sama ekonomi kedua pihak.

“Kami menandatangani dokumen penting, yaitu FTA antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia. Kami berharap, setelah implementasi, perdagangan antara negara-negara kami dapat meningkat hingga dua kali lipat,” kata Sagintayev.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Djatmiko Bris Witjaksono menekankan pentingnya keterlibatan pelaku usaha dan pemangku kepentingan untuk memastikan keberhasilan implementasi FTA. Menurut Djatmiko, meski perundingan selesai, pekerjaan sesungguhnya baru dimulai. Kolaborasi seluruh pihak diperlukan agar berbagai tantangan implementasi dapat diatasi secara efektif dan manfaat ekonomi dapat dirasakan secara nyata.

Data Perdagangan Indonesia–EAEU

Berdasarkan catatan Kemendag, total perdagangan Indonesia dengan Uni Ekonomi Eurasia pada Januari—Oktober 2025 tercatat sebesar US$4,4 miliar, dengan ekspor Indonesia ke kawasan tersebut US$1,76 miliar dan impor US$2,64 miliar. Pada 2024, Uni Ekonomi Eurasia menjadi tujuan ekspor ke-24 dan sumber impor ke-17 bagi Indonesia, dengan total perdagangan kedua pihak mencapai US$4,52 miliar.

Produk ekspor utama Indonesia ke EAEU antara lain minyak sawit, minyak kelapa, kopi, dan kakao, sementara produk impor utama dari kawasan ini adalah batu bara, pupuk kalium, gandum, dan besi baja. FTA ini menjadi perjanjian dagang kedua Indonesia dengan kawasan Eropa setelah European Free Trade Association (EFTA), yang telah diimplementasikan sejak 1 November 2021.

Dengan penandatanganan Indonesia–EAEU FTA, Indonesia tidak hanya memperluas akses ke pasar nontradisional, tetapi juga menegaskan posisi strategisnya dalam perdagangan global. Kesepakatan ini diharapkan menjadi katalis bagi pertumbuhan ekspor, investasi, dan penguatan hubungan ekonomi antara Indonesia dan negara-negara EAEU, sambil membuka peluang bagi UMKM dan pelaku usaha besar untuk bersaing di pasar internasional.

Terkini